Januari 18, 2012

AKHLAQ kepada ALLAH SWT




السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Menyambung tausiyahku minggu lalu, kali ini tausiyahku hari kemarin (Selasa, 17-01-2012) membahas mengenai : Akhlak Kepada Allah SWT yang berkaitan dengan Al-Birr dan disampaikan oleh : Ustadzah Sofie di Majelis Ta’lim Al_Ghifari IPB. (09.00 s/d 11.00 WIB):

بِسْــــــــــــــــــمِ اَللّهِ الرّحْمن الرّحيم

Sering terjadi penyempitan makna akhlak seolah-olah hanya maslah pola interaksi dengan sesama manusia. Padahal akhlak yang asasi adalah bagaimana seseorang berakhlak kepada Allah SWT, perhatikan ayat berikut :

ليس البر أن تولوا وجوهكم قبل المشرق والمغرب ولكن البر من آمن بالله واليوم الآخر والملآئكة والكتاب والنبيين وآتى المال على حبه ذوي القربى واليتامى والمساكين وابن السبيل والسآئلين وفي الرقاب وأقام الصلاة وآتى الزكاة والموفون بعهدهم إذا عاهدوا والصابرين في البأساء والضراء وحين البأس أولئك الذين صدقوا وأولئك هم المتقون

Yang artinya:
“ Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, tetapi kebajikan itu ialah orang yang beriman kepada Allah SWT, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta dan untuk memerdekan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji dan orang-orang yang bersabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”(Q.S.Al-Baqarah 2:177)

Dari penjelasan teks ayat dalam surat Al-Baqarah tersebut, kita dapat memahami dengan jelas bahwa yang dinamakan kebajikan (al-birr) turut mencakup keimanan yang benar terhadap Allah SWT, mengerjakan perintah-Nya dan tentunya meninggalkan larangan-NYA serta berbuat kebajikan terhadap sesama makhluk Allah.
Dengan kata lain, seseorang yang berakhlak luhur adalah seorang yang mampu berakhlak baik terhadap Allah SWT dan sesamanya. Imam Ibnu Qayyim Rahimullah mengatakan :

"Keluhuran akhlak itu terbagi dua : Pertama. Akhlah yang baik kepada Allah SWT, yaitu meyakini bahwa segala amalan yang dikerjakan seseorang mesti (mengandung kekurangan/ketidaksempurnaan) sehingga membutuhkan udzur (dari-Nya) dan segala sesuatu berasal dari-Nya dan harus disyukuri. Dengan demikian, seseorang itu senantiasa bersyukur kepada-Nya dan meminta maaf kepada-Nya serta berjalan kepada-Nya dengan memperhatikan dan mengakui kekurangan diri dan amalan seseorang. Kedua. Akhlak yang terhadap sesama manusia, kuncinya terdapat dalam dua perkara yaitu, berbuat baik dan tidak menganggu sesama dalam bentuk perkataan dan perbuatan."

Karena akhlak kepada Allah SWT sesuatu yang sangat fatal, maka Dia lebih berharga daripada akhlak kepada sesama. Inilah hak Allah terhadap hamba-Nya yaitu akhlak yang lurus diantaranya adalah :
1. Mentauhidkan Allah SWT
Inilah hak Allah yang paling utama dari seorang hamba-Nya. Tidak dipersekutukan dengan sesuatu apapun, hanya Dialah yang berhak disembah dan diibadahi. Kemusyrikan adalah dosa besar sehingga disebut sebagai kedzaliman yang besar seperti yang terdapat pada ayat berikut :

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لإنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Yang artinya :
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu dia memberikan pelajaran kepadanya :”wahai anakku!, janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar”. (Q.S. Luqman 31:13)

Ketika seseorang musyrik maka dia tidak bisa diimbangi dengan kebaikan sebesar apapun. Syaikhul Islam Ibnu Tamiyah Rahimullah mengatakan :
“Berbagai dosa (yang terdapat pada diri seseorang), namun masih dibarengi dengan tauhid yang benar itu lebih baik daripada tauhid yang rusak meskipun tidak dibarengi dengan berbagai dosa”.

Jangan dipahami bahwa beliau mengenyampingkan atau menganggap ringan perbuatan dosa dengan perkataan tersebut. Namun, beliau menerangkan bahwa perbaikan tauhid dengan menjauhi kesyirikan merupakan prioritas pertama yang harus diperhatikan oleh kita sebelum menjauhi berbagai bentuk dosa lain yang tingkatannya dibawah dosa syirik

2. Bertaubat dan beri’tirof
Kemestian seorang hamba dalam mentauhidkan Allah SWT seringkali berbenturan dengan kelemahan seorang hamba. Oleh karena itu bertaubat adalah akhlak kepada Allah yang sangat penting. Taubat adalah bentuk pengakuan manusia terhadap kekukarangannya dalam berakhlak kepada Allah sekaligus pengakuan terhadap kekuasaan Allah yang harusnya tidak diperlakukan demikian.

Hal inipun dipertegas dalam hadits ‘Aisyah Radhiallahu’anhu. Beliau bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah ! Ibnu Jud’an, dahulu di zaman jahiliyah, adalah seorang yang senantiasa menyambung tali silaturahim dan memberi makan orang miskin, apakah itu semua bermanfaat baginya kelak di akhirat ?

Nabi Shallahu’alaihi wa sallam menjawab, “Hal itu tidak bermanfaat baginya karena dia tidak pernah sedikit pun mengucapkan, “Wahai Rabbku, ampunilah dosa-dosaku di kiamat kelak”.

Dari paparan diatas, terlihatlah bahwa artinya masih terlihat kesombongan dari diri seseorang.

3. Husnudzon kepada Allah SWT
Allah tidak pernah mendzolimi hambaNYa. Allah adalah segala kebaikan dengan kekayaan Rahman RahimNya. Tidak ada keburukan dan kekurangan atasNya. Maka berhusnudzon adalah kewajiban seorang hamba kepadaNya. Ketika seorang hamba berhusnudzon kepada segala kebaikan Allah SWT, maka akan mendorong untuk melakukan kebaikan. Imam Ibnu Tamiyah memaparkan :
“Telah nampak jelas perbedaan antara husnudzon dengan ghurur (tipuan). Adapun husnudzon, jika ia mengajak dan mendorong beramal, membantu dan membuat rindu padaNya, maka ia benar. Jika mengajak malas dan berkubang dengan maksiat, maka ia ghurur (tipuan). Husnudzon adalah raja’ (pengharapan). Siapa yang pengharapannya mendorongnya untuk taat dan menjauhkannya dari maksiat, maka ia pengharapan yang benar. Sedangkan yang kemalasannya adalah raja’ dan meremehkan perintahNya, maka ia tertipu." (Al-Jawab Al-Kaafi : 24)

Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan :
“Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku dan Aku akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jia ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepadanya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari”. (HR.Al-Bukhari dan Muslim)

“Sesungguhnya seorang mukmin selalu berhusnudzon kepada Tuhannya lalu ia memperbagus amalnya. Dan sesusungguhnya seorang pendosa berprasangka buruk kepada Tuhannya sehingga ia berbuat yang buruk”. (Diriwayatkan Imam Ahmad dalam Al-Zuhd, hal.402)
“Janganlah salah seorang dari kalian meninggal kecuali ia berhusnudzon kepada Allah SWT”. (HR.Muslim)

4. Ridho kepada Allah SWT
Ridho kepada Allah SWT adalah dengan menerima segala ketentuan Allah. Inilah bentuk kepasrahan dan keberserahan diri seorang hamba kepada Rabbnya. Penerimaan total menunjukkan pengakuan atas kekuasaan Allah atas diri kita. Allah SWT berfirman :


فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا


Yang artinya :
“Maka demi Rabb-mu, mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. (QS. An-Nisa’ 4:65)

Ridho dengan segala keputusanNya untuk kita baik yang ditetapkan dalam kitab Allah dan sunnahNya atau terhadap sesuatu yang menimpa diri kita. Ujian keridhoan adalah ketika seseorang menghadapi kesulitan dalam menjalankan syariat atau kepayahan dalam manjalani ujian dari Allah SWT.

“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menurunkan cobaan kepada mereka. Barangsiapa yang ridho, maka dia (akan mendapatkan) keridhoan (Allah). Dan barangsiapa tidak ridho, maka dia (akan mendapatkan ) murka (Allah).” (HR. At-Tarmidzi)

5. Syukur
Bersyukur adalah bentuk berterimakasih kepada Allah SWT dengan segala Rahman RahimnYa memberikan segala nikmat kepada manusia. Bahkan di ayat-ayat ini, syukur sebagai ekspresi tauhid terhadap Allah dan menjadi lawan kemusyrikan :


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Yang artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman ! makanlah diantara rezeki yang baik yang kami berikan kepadamu. Dan bersyukurlah kepada Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya (QS. Al-Baqarah 2 : 172)


وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِين 65)
بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ (66
Yang artinya :
“Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapulah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang-orang yang merugi (65). Karena itu, hendaklah Allah saja yang engkau sembah dan hendaklah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur.(66)  QS.Az.Zumar 39:65-66

6. Berdo’a
Kelemahan seorang hamba tidak mungkin bisa memenuhi segala kebutuhan dan keinginannya. Sebaliknya pengakuan terhadap kekuasaan Allah akan merendahkan manusia dengan meminta dan memohon hanya kepada Allah. Berdoa bukan semata untuk meminta sesuatu, tapi lebih dari itu berdoa adalah ibadah untuk mengagungkan kekuasaanNya. Jika manusia merasa tidak memerlukan Allah maka sesungguhnya dia telah sombong dihadapan Allah SWT.
Ayat qur’aniyah berikut menunjukkan keutamaan seseorang yang memanjatkan do’a dan Allah Ta’ala berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Yang artinya :
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".” (QS. Ghofir/ Al Mu’min. 40: 60)
Semakin merendah kita dihadapan Allah SWT maka semakin tinggilah pengkuan kita terhadap kekuasaan Allah SWT.

7. Mahabbah
Inilah akhlak mulia seorang hamba kepada Rabbnya. Mencintai Allah berarti menghibahkan diri untuk melakukan apa saja yang disukai olehNya. Berkorban adalah jalan dalam mencintaiNya. Ketika seorang mengorbankan nafsunya untuk mencegah kemurkaan Allah, maka dia akan berani melakukan apa saja, keinginannya, kemalasannya, kegembiraannya, syahwatnya, kebutuhannya, hartanya bahkan jiwanya, sebagaimana dipaparkan dalam salah satu ayat berikut :


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui.” (Q.S. Al –Maidah. 5 :54)


Demikian disampaikan kembali ulasan tausiyah yang saya hadiri kemarin pagi, untuk dalil-dalil Al-Qur’an agar dilihat kembali dalam Tafsir Al-Qur’an, semoga bisa diambil manfaatnya. Wallahua’lamu bishawababi.

وَ عَلَيْكُمْ لسَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ



Source :Artikel Tausiyah Majelis Ta’lim Al-Ghifari IPB

Note : Berakhlak yang mulia kepada Allah SWT dan berbuat baiklah dengan ucapan dan perbuatan kepada sesama !!

Tidak ada komentar: