September 13, 2010

H +3 Idul Fitri 1431 H



Assalamu’alaikum wr wb

Alhamdulillah, terimakasih Ya Alloh masih diberikan kesempatan melewati nikmatnya Ramadhan, nikmatnya hari kemenangan Idul Fitri dan nikmatnya silaturahmi, akhirnya 3hari sudah semuanya berlalu.....

Begitu besar pengharapan akan rahmat, ampunan, dan surga-NYA, begitu banyaknya doa-doa dipanjatkan, jiwa-jiwa sosial ditebarkan, dan kasih sayang disebarkan dipenjuru bumi ini, berharap beribu kebaikan dari-NYA

Akankah semua yg telah dilalui dapat diterim-NYA, karena itu meskipun ada sedih di hati karena kita harus meninggalkannya, akankah kita bisa menemui lagi di tahun-tahun mendatang? Insya Alloh.....!!

Hari kemenangan yang baru saja kita lewati perlu kita maknai, apa hakikat idul fitri itu sendiri,? Hari kemenangan tidak terletak pada momentum perayaan yang sering justru berbau konsumtif, dimana semua orang memaksakan dirinya untuk merayakannya dengan berlebihan, tetapi lebih kepada kesadarannya kembali pada fitrah yang suci. Sebab, manusia selalu memiliki kecenderungan pada kebaikan dan kebenaran dengan fitrah awalnya yang bersifat alami.

Namun patuh dipertanyakan, apakah makna kegembiraan pada diri kita masing-masing sebagai individu ? Dengan memahami makna kegembiraan yang kita rasakan di hari raya, bisa kita jadikan refleksi dan evaluasi bagi kualitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Apakah kita telah menjadi lulusan di Universitas Ramadhan dengan predikat Cumlaude atau sebaliknya telah drop Out di awal tanpa kita sadari sebelumnya.

Karenanya,ada empat golongan kegembiraan menyambut Idul Fitri sesuai dengan tingkatannya :

Pertama, golongan kegembiraan anak-anak dalam menyambut lebaran. Dunia anak adalah dunia yang menyenangkan, dunia penuh angan-angan dan mimpi. Ketika seorang anak mendengar kata lebaran atau hari raya, yang terbesit dibenak mereka adalah baju baru, makanan lezat, berkunjung ke rumah kakek nenek, atau bertamasya ke pantai. Disini secara tidak sadar mereka menginginkan sesuatu yang sifatnya kebendaan bersifat sementara tidak faham secara filosofis arti Idul Fitri. Ini adalah kewajaran sebab sebatas itulah pemikiran mereka sebagai seorang anak.

Kedua, golongan kegembiraan yang dirasakan oleh muslim awam atau yang sering diistilahkan dengan Islam KTP. Kita tahu dan banyak fakta yang dapat kita buktikan sendiri bahwa tidak seluruhnya umat Islam di bulan Ramadhan melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh Allah SWT padahal hukumnya wajib bagi setiap muslim yang telah memenuhi kriteria. Contoh yang paling mendasar ibadah puasa di siang hari. Ketika kita berjalan menyusuri jalan dan pasar. Tidak sedikit kita menjumpai orang yang sedang menikmati kopi atau sekedar merokok dipagi atau siang hari di warung-warung pinggir jalan.

Kita bisa memahami jika hal tersebut dilakukan oleh Musafir atau non-Muslim. Tetapi seberapa besarkah prosentase mereka jika dibandingkan dengan warga muslim yang beraktifitas ? Mereka juga muslim (baca : Islam KTP) dan mereka juga bergembira ketika hari raya Idul Fitri telah tiba. Kegembiraan yang mereka rasakan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan golongan pertama yaitu golongan anak-anak. Akan tetapi setingkat lebih tinggi karena factor kematangan social. Artinya kegembiraan itu tidak disebabkan adanya kebendaan semata akan tetapi ada nilai-nilai sosial yang terkandung didalamnya. Dimana lebaran diidentikkan dengan tradisi untuk mengunjungi sanak saudara untuk melepas rasa kangen setelah setahun lamanya tidak bertemu. Sehingga secara nasional di Indonesia muncul tradisi mudik yang sesungguhnya dinegara Islam di belahan bumi yang lain jarang ditemui tradisi ini.

Ketiga, golongan kegembiraan yang dirasakan oleh umat muslim yang faham dan menjalankan perintah yang telah disyariatkan di bulan Ramadhan. Meraka melakukan puasa, sholat tarawih, tadarus Qur’an, I’tikaf di Masjid, shadaqoh dan ibadah-ibadah sunnah lainnya. Akan tetapi apa yang meraka kerjakan itu masih dimaknai sebagai beban yang sangat berat bahkan merasa terbelenggu dengan beban-beban tersebut. Padahal dibulan Ramadhan hanya setan yang dibelenggu, jadi kalau ada yang merasa terbelenggu berarti meraka sama dengan ? Naudzubilla min dzalik.

Merekapun memiliki makna tersendiri tentang kegembiraan di hari raya selain memiliki kesamaan dengan golongan satu dan dua. Mereka memaknai kegembiraan itu sebagai moment terbebasnya dari kekangan, beban berat, yang dialami selama bulan Ramadhan. Sehingga ketika takbir berkumandang dan bedug ditabuh. Hati terasa plong merasa bebas dan secara tidak sadar dilampiaskan secara berlebihan sehingga pasca Ramadhan kembali kepada kondisi awal. Dimana tadarus qur’an-nya?, dimana Qiyamulailnya?, dimana sadaqahnya?. Tidak tampak lagi pasca Ramadhan sungguh ironi.

Keempat, golongan kegembiraan yang dirasakan oleh umat muslim yang faham dan menjalankan perintah di bulan Ramadhan dengan rasa Syukur. Artinya Ramadhan dimaknai sebagai momentum perubahan kualitas pribadi. Ramadhan adalah kesempatan yang langka dan belum tentu terulang kedua kalinya sehingga dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan ampunan serta Ridho dari Allah SWT. Ibadah yang disyariatkan di bulan Ramadhan dilaksanakan dengan keikhlasan dengan semangat tinggi. Tanpa ada beban berarti dalam menjalankannya. Semua yang dilakukan semata-mata karena kecintaannya kepada Rabb-nya. Sehingga ketika tiba saatnya hari nan Fitri. Kegembiraan yang muncul adalah rasa syukur. Syukur atas kesempatan yang diberikan Allah SWT untuk merengkuh pahala sebesar-besarnya. Syukur karena diberi kesempatan untuk memperbaiki diri kualitas keimanan dan ibadah. Sehingga apa yang ia lakukan selama bulan Ramadhan menjadi bekal sebelas bulan berikutnya. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya. Baik secara pribadi (Hablum minallah) maupun kemasyarakatan (Hablun minannas)

Dari keempat golongan kegembiraan dalam menyambut hari raya Idul Fitri tersebut. Dimanakah posisi kegembiraan kita. Hanya diri kita sendiri yang tahu jawabannya. Tentunya harapan terbaik adalah kegembiraan pada golongan keempat. Mungkin Idul Fitri tahun ini belum kita miliki kegembiraan itu. Bukankah Allah telah memerintahkan kita untuk tidak berputus asa terhadap rahmatnya ??? masih ada waktu, masih ada kesempatan sadari kekurangan kita, evaluasi diri untuk menjadi manusia muslim yang baik dan berkualitas. Tidak sekedar untuk diri pribadi tetapi berkualitas bagi mahluk sosial lainnya. Insya Alloh

Akhir kata, dengan disertai berbagai keutamaan-NYA, dari dalam lubuk hati kami memohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 Hijriyah, Mohon Maaf Lahir dan Batin. Wassalam

Source : me n shared with Metrolisa Info

Note : Kembali pada kesucian disimbolkan adanya maaf dari Allah yang perlu disempurnakan dengan maaf dari manusia. Dalam islam ada yang disebut hak Allah (Haqqullah) dan hak manusia (Haqqul adami).

Tidak ada komentar: